Monday, March 2, 2009

“YAI” SI BAYI SEHAT

Segala puji bagi ALLAH, TUHAN yang memberikan kesehatan pada tubuhku, mengembalikan rohku kepada diriku, dan mengizinkan aku untuk menginat-NYA (HR. Tirmidzi)

Untuk keluarga dekat maupun teman tertentu, sapaan akrab saya adalah “si Yai”. Kata ini pasti datang dari mulut kecil saya dulu yang belum bisa melafaskan kata Yar secara benar sehingga menjadi Yai. Tapi untuk banyak kalangan yang mengenal saya sejak masa dewasa, panggilan yang juga melekat, dalam konotasi konyol dan bercanda adalah “si bayi sehat”.
Sewaktu masih di SMA, badan saya tergolong kurus. Selain memang asupan gizi yang mungkin pas-pasan, kegiatan olah raga bola basket menyebabkan dan sekali gus mensyaratkan berat badan yang harus ideal bagi atlit. Persoalan berat badan mulai muncul sewaktu saya mengalami kecelakaan dalam suatu pertandingan basket persahabatan antara ex siswa SMA asal Jakarta dengan tim Budi Utomo Jakarta.Tempurung lutut bergeser dan walaupun sudah ditangani oleh dukun pak Bohon yang terkenal di Bandung, kondisinya tak pernah pulih normal kembali. Berhentinya aktifitas basket dan jatah gizi kost-jongen yang diberikan oleh keluarga Ibrahim Martalogawa (alm) mulai menimbulkan pertumbuhan badan yang berlebihan. Tetapi pertumbuhan yang menyolok terjadi waktu sudah menikah dan bekerja di IBM. Selain layanan makanan bergizi di rumah, traktir klien makan siang merupakan acara rutin. Tak heran jika bobot tubuh meningkat ke angka diatas 95 kg.
Upaya menguruskan badan pertama kali disarankan oleh bu Tini Djodjo Diran. Mulailah riwayat saya menjadi pasien dr. Azis di bilangan Cikini. Sebagian besar pasien adalah ibu muda atau artis yang menginginkan tubuh yang langsing. Dengan pantat penuh dengan lubang suntikan, memang dalam waktu sekitar tiga bulan bobot saya melorot dari 95 kg menjadi 78 kg atau susut sebanyak 18 kg. Walaupun badan menjadi lebih enak tetapi banyak teman yang tidak sepakat kondisi saya yang kurus itu. “Kau bukan dirimu lagi”, demikian kilah mereka, karena ciri khas saya memang “si bayi sehat”. Kemudian mulai terjadi proses akordion, sebentar gemuk dan sebentar kurus. Teman-teman banyak yang maklum, kalau saya gemuk artinya kantong lagi kempes karena tidak mampu ke dr. Azis dan sebaliknya.
Dengan dalih mengantarkan bu Odie Bus Kusmulyono dan bu Mien Martiono, saya mengikuti program pengurusan tubuh di salah satu slimming-center di kawasan Hayam Wuruk. Kalau dr. Aziz kasi suntikan maka disini pengurusan dilakukan dengan pembalutan seluruh tubuh dan dimasukkan ke dalam suatu kapsul yang dipanaskan. Karena setiap hari badan diukur oleh petugas yang lumayan molek maka motivasi untuk menjadi kurus memang terbangkit. Dengan pengaturan diet yang baik dan olah raga yang memadai, saya memang berhasil menurunkan bobot menjadi sekitar 80 kg untuk waktu yang cukup lama. Sayang sekali, justeru kedua sponsor saya malahan yang tidak berhasil, sehingga akhirnya grup kita berhenti jadi pelanggan slimming-center tersebut. Upaya pengurusan badan berikutnya adalah dengan cara pengaturan gizi dan minum food-supplement yang diselenggarakan oleh suatu slimming-center di sekitar jl. Sudirman Jakarta. Metode ini cukup berhasil, saya sempat turun sekitar 7 kg dalam waktu 2 bulan. Sayang, fasilitas ini tiba-tiba tutup dan walaupun saya tetap mengkonsumsi food-supplement namun tidak berhasil mempertahankan lajunya berat badan.
Atas petunjuk beberapa teman, saya dirujuk untuk mencoba terapi susuk kurus yang diselenggarakan oleh seorang sinshe, kalau tidak salah sinshe Leo. Dengan menempatkan susuk di area bawah telinga dan hanya mengkonsumsi buah pier atau bangkuang serta minum kopi dengan ampasnya di pagi hari, berat badan turun sekitar 5 kg dalam sebulan. Tapi saya tidak tahan dengan metode yang sangat menghindarkan minum ini. Waktu itu saya sedang senang-senangnya main tennis, golf dan squash sehingga kuatir terjadi dehidrasi. Lucunya, susuk yang gunanya untuk menekan nafsu makan itu pernah lepas pada waktu saya berenang, Karena tidak tahu titik akupunturnya susuk tersebut saya pasang sekenanya saja. Hal tersebut membuat sinshe Leo merengut karena titik yang saya pasang itu justeru titik untuk membangkitkan nafsu makan. Saya juga pernah coba sinshe yang lain, yakni sinshe Bun yang menggunakan tenaga dalam berupa enerji listrik yang keluar dari jari-jari tangannya. Badan menjadi segar, tetapi nafsu makan bertambah dan walhasil badan tetap saja gemuk. Dengan niat meningkatkan vitalitas dan mengurangi berat badan, dengan bantuan pak Iyon dari BPKP Jabar, saya juga pernah bertandang ke kompleks Haji Undang di daerah Tasikmalaya. Demikian pula terapi akupuntur, aqu-pressure sampai dengan batu giok, minum berbagai herbal dan jamu, langganan makanan diet Christin, semuanya sudah saya jalani. Hasilnya yah badan tetap sebagai akordion, kadang kurus dan umumnya bertahan gemuk.
Dengan pengalaman bermacam-macam cara tersebut, saya sering dimintakan pendapat tentang kiat untuk melangsingkan tubuh. Dengan nada yang meyakinkan biasanya saya akan memberikan fatwa sebagai berikut :
“Tidak mungkin sesorang menjadi kurus kalau tidak melakukan 5 hal. Yang pertama kita harus menegakkan motivasi, misalnya saya harus kurus agar nanti pada acara malam Tahun Baru bisa tampil prima. Yang kedua, kita tak mungkin jadi kurus tanpa melakukan diet, terutama mengurangi asupan karbo-hidrat. Omong kosong jika ada iklan yang menyatakan kita bisa kurus tanpa mengurangi makan dan minum, apalagi cemilan. Yang ketiga, jika mau kurus harus dengan mengkonsumsi obat-obatan dan dibawah bimbingan dokter. Tanpa dukungan obat-obatan, apakah kimia atau herbal rasanya sukar untuk membakar lemak yang menumpuk di bawah kulit. Yang keempat, program pengurusan tubuh lebih cepat sukses jika dibarengi dengan aktifitas olahraga yang memadai. Selain untuk membakar kalori, juga untuk membentuk tubuh yang lebih segar dan kencang. Nah, kalau yang kelima, rada berat memang, yakni harus memperbanyak hubungan seks, tapi bukan dengan muhrim alias selingkuh, he…..he……”
Biasanya teman-teman langsung setuju fatwa saya ini, dan utamanya ingin mulai dengan hal yang kelima. Nah disini dia kena batunya! Saya tegaskan bahwa hal yang kelima justeru baru boleh dilakukan setelah keempat hal di atasnya sudah dijalankan. Kalau empat hal teratas sudah dijalankan maka pasti badan keburu menjadi loyo, dan hal kelima yang dibayangkan itu mana mungkin lagi dilakukan!
Kondisi kini, badan masih tambun, tetapi upaya untuk menurunkan bobot tetap bergelora.* Setidaknya saya ingin tak ada teman yang menggerutu keberatan, waktu pada saatnya nanti saya harus digotong ke tempat istirahat yang terakhir. InsyaALLAH !
*Pada saat tulisan ini dalam penyelesaian, sekali lagi saya mendapat ujian ALLAH dengan kambuhnya penyakit psoriaris yang paling parah. Akibat terganggunya nafsu makan, bobot saya menurun drastis dari 96 kg menjadi tinggal 72 kg atau susut 24 kg!

No comments:

Post a Comment